APA ITU KARAKTER? DAN BAGAIMANA KARAKTER DIRI SENDIRI?
pengembangan atau pembentukan karakter diyakini
perlu dan penting untuk dilakukan oleh sekolah dan stakeholders-nya untuk
menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di
sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya
anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik
akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk
melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan
memiliki tujuan hidup.
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing),
pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak
terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan
belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih
(menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau
wilayah emosi dan kebiasaan diri.
Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik
(components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan
tentang moral), moral feeling (penguatan emosi) tentang moral, dan
moral action atau perbuatan bermoral.
Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah
lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami,
merasakan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebajikan (moral).
Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang
akan mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral awareness),
pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values),
penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral
reasoning), keberanian mengambil sikap (decision making), dan
pengenalan diri (self knowledge).
Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi
peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan
bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran
akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem),
kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving
the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility).
Moral action merupakan perbuatan atau tindakan
moral yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya.
Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act
morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi
(competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).
Pengembangan karakter dalam suatu sistem
pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung
nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan
saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau
emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME, dirinya,
sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional
Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia
yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter
(valuing). Karena mungkin saja perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa
takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan nilai itu.
Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu dilakukan karena dinilai oleh
orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk mengharagi nilai
kejujuran itu sendiri.
Oleh karena itu dalam pendidikan karakter diperlukan juga
aspek perasaan (domain affection atau emosi). Komponen ini dalam
pendidikan karakter disebut dengan “desiring the good” atau keinginan
untuk berbuat kebaikan.
Pendidikan karakter yang baik dengan demikian
harus melibatkan bukan saja aspek “knowing the good” (moral knowing),
tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good” (moral
feeling), dan “acting the good” (moral action). Tanpa itu semua
manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi oleh sesuatu paham.
Dengan demikian jelas bahwa karakter dikembangkan melalui
tiga langkah, yakni mengembangkan moral knowing, kemudianmoral
feeling, dan moral action. Dengan kata lain, makin lengkap komponen moral
dimiliki manusia, maka akan makin membentuk karakter yang baik atau unggul/tangguh.
Diagram 1. Keterkaitan komponen moral dalam pembentukan
karakter
Pengembangan karakter sementara ini direalisasikan dalam pelajaran agama, pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran lainnya, yang program utamanya cenderung pada pengenalan nilai-nilai secara kognitif, dan mendalam sampai ke penghayatan nilai secara afektif.
Menurut Mochtar Buchori (2007), pengembangan
karakterseharusnya membawa anak ke pengenalan nilai secara kognitif,
penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.
Untuk sampai ke praksis, ada satu peristiwa batin yang amat penting yang harus
terjadi dalam diri anak, yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat (tekad)
untuk mengamalkan nilai. Peristiwa ini disebut Conatio, dan langkah
untuk membimbing anak membulatkan tekad ini disebut langkah konatif.
Pendidikan karakter mestinya mengikuti langkah-langkah yang sistematis, dimulai dari pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan menghayati nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara konatif. Ki Hajar Dewantoro menterjemahkannya dengan kata-kata cipta, rasa, karsa.
=============
Sumber:
Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Pertama. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta
www.gunadarma.ac.id
fajriahrahmah.blogspot.com
@jiahjeje
fajriah.rahmah@yahoo.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar